Volatile Food & Administered Prices, Dominasi Penyumbang Inflasi Jatim Selama 2019

SURABAYA, SONORASURABAYA.com – Kepala Kantor Perwakilan (KPw) Bank Indonesia (BI) Jawa Timur, Difi Ahmad Johansyah menyampaikan bahwa Volatile Food dan Administered Prices berkontribusi menyumbang angka inflasi tahun 2019 di Jawa Timur.
Hal ini dikatakan saat dirinya menyampaikan sambutan sekaligus paparan dalam acara High Level Meeting dan Rapat Koordinasi Wilayah Tim Pengendali Inflasi Daerah (TPID) Provinsi Jawa Timur Jelang Natal dan Tahun Baru (Nataru) di Kantor Perwakilan Bank Indonesia JL. Pahlawan 105 Surabaya, Kamis (12/12/2019).
“Hal penting yang dapat diambil dari dinamika inflasi 2019, bahwa inflasi Volatile Food (komponen bergejolak) masih menjadi suatu tantangan,” kata Difi.
Hal ini dicontohkan bahwa beberapa komoditas seperti cabe rawit, cabe merah, bawang merah dan bawang putih menjadi contoh bagian dari volatile food.
Sementara itu, Administered Prices juga turut menyumbang angka inflasi pada tahun 2019.
“Administered Prices turun tidak sebesar tahun sebelumnya, yang disebabkan karena koreksi harga BBM non subsidi dan prospek harga minyak di tingkat dunia, serta adanya kebijakan penurunan tarif batas atas bagi penerbangan,” imbuhnya.
Inflasi komponen harga yang diatur pemerintah atau administered prices, dipengaruhi oleh kejutan (shocks) berupa kebijakan harga pemerintah, seperti harga BBM bersubsidi, tarif listrik, tarif angkutan dan lainnya.
“Disisi lain perlambatan tekanan inflasi administered prices diperkirakan tertahan oleh naiknya permintaan perjalanan pada akhir tahun,” ujar Difi.
Menurutnya, kenaikan tarif ruas tol Surabaya-Gempol, Kejapanan Gempol dan Gerbang Mojokerto yang disertai aktivasi ruas tol Gempol Pandaan dan Pandaan-Singosasri diperkirakan menjadi faktor penahan perlambatan tekanan inflasi administered prices tahun 2019.
Dirinya juga menyampaikan apresiasi kepada TPID Jatim yang dinilai telah berhasil mengawal inflasi jatim sehingga mampu mencatatkan angka inflasi Indeks Harga Konsumen (IHK) pada November 2019 sebesar 2,20 persen Year on Year (YoY) atau 1,59 persen Year to Date (YtD).
“Tidak boleh lengah, kewaspadaan pada potensi resiko kedepan terutama menjelang akhir tahun, karena masih ada hari besar keagamaan dan tahun baru,” tegasnya.
Ditambahkan, bahwa kenaikan cukai rokok yang mulai berlaku Januari 2020 diperkirakan para pengusaha akan menyesuaikan harga rokok sehingga mendorong kenaikan inflasi administered prices.
“BI masih memperkirakan inflasi Jatim pada Desember 2019 akan berkisar 2,5 sampai 2,9 persen (YoY) sehingga akan mendorong secara kontributif dalam pencapaian target ekonomi inflasi nasional,” ujar Difi.
Menurutnya, catatan penting pada tahun 2019 adalah disparItas harga antar daerah yang masih tinggi.
“BI masih menemukan perbedaan atau disparitas harga masih cukup tinggi,” ungkapnya.
Komoditas pangan strategis, pembentukan harga di level konsumen harus didorong dengan adanya kelancaran distribusi barang dan perdagangan antar daerah. [bud]
https://twitter.com/Fm98Sonora/status/1205146970307739648