Edukasi Virus Korona, Hadirkan Narsum Kompeten Dalam Talksow Radio

SURABAYA, SONORASURABAYA.com – Radio Sonora Surabaya (FM 98,0) telah menyelenggarakan program Talkshow Edukasi yang sekaligus menjadi sarana sosialisasi kepada pendengar tentang Virus Korona bersama para narasumber kompeten.
Talkshow edukasi dan sosialisasi ini diselenggarakan oleh Radio Sonora Surabaya yang berlangsung di Studio Sonora, Jalan Raya Darmo Permai Utara 74-80 Surabaya, Senin (10/02/2020).
Narasumber yang diundang diantaranya adalah Kepala Seksi Surveilans & Imunisasi Dinas Kesehatan (Dinkes) Provinsi Jawa Timur, Gito Hartono. Kepala Bidang Pencegahan & Penanggulangan Penyakit (P2P) Dinkes Kota Surabaya, Mira Novia. Anggota Tim Pinere (Penyakit Infeksi New Emerging dan Re-Emerging) RSUD Dr. Soetomo & Staf Medik SMF Pulmonologi dan Kedokteran Respirasi, dr. Ariani Permatasari.
Awal perbincangan, dr. Ariani Permatasari mengatakan bahwa Virus Korona merupakan jenis baru dari corona virus yang belum pernah terindentifikasi sebelumnya pada manusia. Termasuk keluarga besar corona virus yang menyebabkan penyakit pada manusia.
“Dulu, sekitar tahun 2013-2014 juga ada MERS CoV (Penyakit Middle East Respiratory Syndrome Coronavirus) yang juga jenis dari virus korona. Termasuk juga pernah ada SARS (Severe acute respiratory syndrome),” kata dr. Ariani saat on-air di Radio Sonora.
Ia mengatakan, tingkat mortalitas dari virus korona masih dibawah MERS yang mencapai 37 hingga 40 persen, sementara korona ini sekitar 3 sampai 5 persen, setelah itu baru SARS. Kemudian epidemi terjadinya, luasan penyebaran tidak secepat SARS, pada tahun 2002-2003.
“Gejala sama, seperti infeksi virus influenza. Seperti demam lebih dari 38 derajat celcius, batuk, pilek, nyeri tenggerokan dan pegal-pegal. Tidak semua yang memiliki resiko tinggi untuk menyebabkan terjadinya kematian oleh karena virus. Terutama pada usia lanjut atau sistem kekebalan tubuh berkurang. Misalnya mereka yang punya penyakit diabetes militus, jantung spt itu. Terutama pada mereka yang memiliki riwayat perjalanan dari China atau negara terjangkit yang ada di daftar WHO,” ujarnya.
Sementara itu, Mira Novia menambahkan, bahwa Wali Kota Surabaya telah megeluarkan dua surat edaran tentang kewaspadaan virus korona.
“Ibu Wali Kota sudah membuat 2 surat edaran untuk masyarakat. Tngkat RT/RW, mulai dari kepala OPD, camat, lurah, apartemen, pasar, tempat hiburan, sekolah, mall, perkantoran, tempat kursus dan hotel. Tentang kesiap-siagaan, apa itu novel corona virus, apa yang harus dilakukan dan tindakan. Hingga sosialisasi dan edukasi petugas puskesmas ke sekolah. Sekaligus meredam jangan sampai masyarakat terlalu takut,” kata Mira saat on-air.
Lebih lanjut Mira mengatakan, pihaknya juga telah menyiapkan Alat Pelindung Diri (APD), mulai dari Rumah Sakit hingga Puskesmas yang ada di Surabaya.
“Kita juga turun ke pasar burung dan pasar kembang untuk sosialisasi. Jika ada penderita, langsung dirujuk ke RS dr. Soetomo atau RS yang memiliki ruang isolasi. Dinas, Puskesmas melakukan surveilans ke rumah penderita untuk memantau 14 hari dalam masa inkubasi terhadap kemungkinan tambahan penderita yang tertular,” ujarnya.
Pihaknya juga bekerjasama dengan Kantor Kesehatan Pelabuhan (KKP) Kelas 1 Surabaya yang mengawasi Bandara Juanda dan Pelabuhan Tanjung Perak untuk mendapatkan data by name by addres, jika mungkin ada pasien yang datang dari negara terjangkit. “Bila tidak terdetek termal scanner bandara karena panasnya timbul setelah 2 hari saat di rumah. Jangan lupa, informasikan jika ada yang sakit. Mereka yang datang dari negara terjangkit agar diinformasikan ke puskesmas atau dinkes segera,” imbuhnya.
Narasumber selanjutnya Gito Hartono juga menyampaikan bahwa penanganan novel korona virus sejalan dengan kebijakan kementerian kesehatan.
“Koordinasi dengan KKP, Kementerian Kelautan, dan Perikanan serta Imigrasi terkait dengan kedatangan dari daerah terjangkit. Setiap yang datang ke Surabaya maupun daerah masuk di Jatim. Kalau dibandara dilakukan deteksi suhu, tapi itupun masih kurang, juga kewaspadaan yang datang ke rumah mereka yang baru datang dari China atau daerah terjangkit, dipantau kesehatannya dan dipastikan,” kata Gito.
Dirinya menjelaskan bahwa Pasien Dalam Pengawasan atau suspect berarti ada gejala sesak pernafasan atau mengarah ke pnemonia. Tapi jika gejalanya belum mengarah ke pnemoni, ia menyebut dengan Orang Dalam Pantauan.
“Artinya, dia sudah sakit semacam pileg tapi tidak perlu diambil specimentnya. Kenapa dibatasi sesak nafas, karena virus ini gejala klinis khasnya adalah pnemoni atau sesak nafas (distress syndrom). Selain itu, mempersiapkan RS sejatim untuk merawat penderita yang berasal dari daerah terjangkit. Ada 44 RS yang ditunjuk, 3 yang utama adalah RS dr.Soetomo Surabaya, Saiful Anwar Malang dan Sudono Madiun. RS swasta besar dan punya ruang isolasi dan dokter spesialis paru juga bisa merawat orang dalam pengawasan. Jika gejalanya berat segera dirujuk ke RS utama. Dari hasil lab. Litbangkes, di Jatim belum ada yang positif. Kita punya karantina hewan di bandara secara lintas sektor, hingga kesiap-siagaan dan kewaspadaan terhadap masuknya orang dan barang bawaan,” ujar Gito.
Sementara itu dibagian akhir talkshow, dr. Ariani Permatasari menyampaikan, sampai saat ini vaksinasi untuk virus ini belum ada yang terbukti efektif.
“Pengobatan untuk anti virus juga masih belum ada yang terbukti efektif. Maka yang paling penting adalah cara menghindari. Pencegahan dan pengendalian terjadinya infeksi, menjaga kesehatan, makanan bergizi, olahraga teratur, mencuci tangan menggunakan sabun atau alkohol 70 persen. Cuci tangan sesering mungkin, gunakan lengan dalam bagian atas untuk menutup hidung/mulut, hindari menyentuh mata/ hidung dan gunakan masker. Tidak makan makanan dari produk hewan mentah atau setengah matang dan menunda perjalanan ke negara beresiko tinggi,” imbuhnya.
Menurutnya, seorang pasien dikatakan bisa keluar dari ruang isolasi bila memenuhi beberapa syarat. Seperti kondisi pasien sudah stabil, hasil klinis menunjukkan gejala stabil dan keluhan berkurang. Hasil pemeriksaan foto rontgen menunjukkan ada perbaikan. Hasil swap ulangan menunjukkan hasil negatif dan menjaga jangan sampai ada infeksi sekunder.
“Tidak perlu panik dengan berita-berita yang belum tentu kebenarannya, namun tetap waspada,” pungkasnya. [bud]
Edukasi Virus Korona, Hadirkan Narsum Kompeten Dalam Talksow Radio [➡️https://t.co/ppqfIKrLLe ⬅️] – #RadioSonora #BeritaSonora #InfoSonora #SonoraNetwork #LiputanSonora #MagenticNetwork #jawatimur #rilissehat #healthies #jatim @smartfm_sby #beritajatim #suroboyo #sonorasuroboyo pic.twitter.com/WstUtW8LqF
— SONORA SURABAYA (@Fm98Sonora) February 10, 2020