Cloud “Senjata” Dalam Bisnis Era Transformasi Digital

SURABAYA, SONORASURABAYA.com – Ketika banyak orang di Indonesia mulai atau masih berbicara tentang aplikasi, big data, teknologi 4.0 hingga tentang transformasi digital, terutama yang dikaitkan dengan usaha atau bisnis, jauh sebelum itu, Cloud telah lama digunakan di luar negeri.
Cloud atau “Komputasi Awan” merupakan metafora dari internet yang berfungsi untuk menggabungkan pemanfaatan teknologi komputer dan pengembangan berbasis internet yang didalamnya meliputi aplikasi, platform dan infrastruktur.
Senior Channel Executive Microsoft Indonesia, Khianto Liang berkesempatan untuk berbagi pengetahuan tentang hal ini, saat hadir sebagai salah satu pembicara atau narasumber, di acara Kompas Bincang Usaha “Tantangan & Peluang Bisnis Dalam Menghadapi Transformasi Teknologi” di Hotel Harris Surabaya, Rabu (11/09/2019).
Dihadapan para peserta, dirinya menyampaikan bahwa melalui digital transformasi, telah membuat banyak perusahaan lokal dan luar negeri mengubah bisnis model usahanya.
“Perusahaan yang mau survive 4 atau 5 tahun kedepan, harus mengikuti digital transformasi,” kata Khianto.
Dirinya memberikan beberapa contoh, bahwa pada industri perakitan atau pabrikan mobil, telah menggunakan teknologi Artificial Intellegence (AI) atau “Kecerdasan Buatan” yang ditambahkan dalam suatu sistem komputerisasi.
“AI yang didukung Cloud, bisa dimaksimalkan dalam hal pemilihan warna dan jumlah unit produksi mobil hingga memaksimalkan output,” ujar Khianto. Sehingga perusahaan lebih efisien melalui teknologi.
Disampaikan, bahwa transformasi digital juga berdampak pada cost of production hingga human resources. Menjangkau daerah yang lebih luas dan cepat di berbagai sektor bisnis dan usaha.
Seperti dalam sektor jasa transportasi, teknologi cloud juga telah dimanfaatkan untuk mempercepat booking proses pemesanan tiket, online shop, hingga melayani pelanggan dari luar daerah dan tak terbatas waktu.
Menurutnya, berdasarkan riset dari Microsoft dalam Digital Transformasi, menunjukkan tren bahwa 90 persen leader digital transformasi memacu inovasi dan efisiensi.
“Dari toko ritel ke sistem online, operasional logistik berkurang, meningkatkan profit perusahaan, dari mobil operasional ke mobil jasa layanan antar barang online,” imbuh Kianto.
Dikatakan, tujuan dari dital transformasi tidak hanya sekedar menjadi ‘Revenue Generation’ tetapi menciptakan ‘Value Generation’ pada perusahaan besar. Selain profit, juga berkontribusi balik untuk masyarakat, seperti menciptakan lapangan kerja.
“Value tidak hanya untuk kepentingan dan keuntungan perusahaan serta investor, tapi juga untuk masyarakat,” tegas Kianto.
Data dalam cloud yang dikelola secara AI bisa mengetahui perilaku dari konsumen, jika dalam bisnis travel maka bisa diketahui berapakali pelanggan melakukan traveling per tahun, tujuan wisata dan spending.
Melalui Data Gathering Cloud, juga bisa memberikan informasi konsumen tentang produksi per bulan, varian atau model terlaris hingga jenis produk yang paling diminati pada bulan momen tertentu.
“Konektivitas atau saling terhubung dan menghasilkan output yang termonetasi menjadi hal penting yang bisa dilakukan melalui intelegence cloud,” tegas Kianto.
Dikatakan, 4 hingga 5 tahun kedepan, akan terjadi transformasi produk dan jasa, sehingga optimasi operasional lebih mudah, waktu lebih efisien, keterikatan menjadi lebih dekat, penguatan yang lebih baik.
“Semua membutuhkan data yang terhubung melalui cloud, bahkan bisnis fintech harus menggunakan data center di lokal,” imbuh Kianto.
Menurutnya, cloud selain berfungsi sebagai stories atau penyimpanan data, juga berfungsi untuk analisis data, online website, AI analitik hingga ‘Internet Of Things’ atau IoT.
Sementara itu, menjawab perbedaan cloud Microsoft dan cloud dari kompetitor; Kianto mengatakan, ada pada sisi fitur yang ditawarkan. Pada cloud miliknya, setelah pembayaran, semua fitur sudah didapatkan, bahkan dengan seting konfigurasi sesuai keinginan.
Proses pembayaran bisa dilakukan per jam per user hingga per giga byte untuk unggahan dan unduhan.
“Jika dibandingkan kompetitor, kalau bayar di depan memang lebih murah, tapi kalau mau ada tambahan fitur harus membayar lagi,” pungkas Kianto. [bud]