Bangkok, Alternatif Percontohan Pengembangan Transportasi Air Surabaya

BANGKOK, SONORASURABAYA.com – Kekuatan arus aliran sungai Chao Phraya yang membelah kota Bangkok Thailand, telah menjadi sumber kehidupan bagi urat nadi perekonomian kota di sebuah negara kerajaan ini.
Chao Phraya menjadi nama sungai yang ikonik bagi negara yang memiliki julukan Negeri Gajah Putih atau The Land of White Elephant, sekaligus menjadi sarana penunjang transportasi air.
Selain sarana transportasi, sungai sepanjang 372 kilometer ini, juga menjadi daya tarik bagi para wisatawan atau turis. Transportasi air dan pariwisata, seakan berjodoh di sungai ini.
Kru Sonora turut diundang untuk bergabung dalam delegasi dari Surabaya, bersama para jurnalis dan perwakilan Organisasi Perangkat Daerah Pemerintah Kota (Pemkot) Surabaya pada kegiatan Technical Visit to Bangkok, akhir Oktober lalu, (27-29 Oktober 2019).
Kegiatan ini sekaligus menjadi kerangka kerjasama dan saling menguatkan Surabaya dan Bangkok sebagai anggota United Cities And Local Governments Asia Pasific atau UCLG ASPAC.
Terlebih, Wali Kota Surabaya, Tri Rismaharini, juga menjadi President of UCLG ASPAC, yang memiliki peran penting tidak hanya relasi Surabaya Bangkok, tapi juga penguatan antar kota dan pemerintahan di berbagai negara Asean, termasuk dalam Asean Mayors Forum (AMF).
Kepala Dinas Komunikasi dan Informatika Kota Surabaya, M. Fikser yang turut serta dalam delegasi mengatakan, bahwa perwakilan pemkot Surabaya dan para jurnalis mempelajari berbagai hal sebagai referensi.
“Belajar berbagai hal, sebagai bahan referensi untuk pembangunan Surabaya khususnya bidang pariwisata dan transportasi air di sebuah kota metropolitan,” kata Fikser.
“Surabaya juga mempunyai sungai yang membelah kota seperti Bangkok, maka kami kedepan merencanakan untuk mengembangkan transportasi air untuk menyusuri sungai (Kalimas), baik untuk sarana pariwisata maupun mobilisasi penduduk kota,” imbuh Fikser.
Saat tiba di Balai Kota atau City Hall Bangkok, delegasi Surabaya menuju dan diterima di kantor Wali Kota Bangkok oleh perwakilan dari Office of Tourism & Cultural, Departement of Culture, Sports & Tourism Bangkok Metropolitan Administration, serta perwakilan dari pihak Office of Transport and Traffic Policy and Planning (OTP) Bangkok.
Direktur Kebudayaan dan Pariwisata Kota Bangkok, Sing Limphirat berkesempatan menerima dan memberikan sambutan kepada delegasi Surabaya, dan dilanjutkan dengan berbagai presentasi tentang pariwisata dan tranportasi.
Berdasarkan informasi dan data pihak pariwisata pemkot Bangkok, Thailand menerapkan berbagai kebijakan sebagai strategi untuk menarik kunjungan turis. Seperti penerapan 14 kategori yang masuk dalam kebijakan Thailand Tourism Services Standard.
Mulai dari pelayanan makanan, restoran dan makanan halal, toilet umum, souvenir shop dan permata, pusat informasi turis, rafting dan perahu, angkutan mobil dan bus, jamuan makan di kapal pesiar, layanan khusus untuk disabilitas, manula, hingga keluarga dengan anak kecil serta layanan dan keamanan di pusat perbelanjaan.
Selanjutnya, 14 kategori ini dijabarkan keberbagai hal, misalnya untuk moda transportasi air seperti boat atau kapal, harus menyediakan tempat khusus untuk pengguna kursi roda dan tempat untuk memarkir sepeda.
Untuk diketahui, tranportasi air di Thailand seperti Bangkok juga berfungsi sebagai feeder yang biasa digunakan oleh pengendara mobil dan motor saat meninggalkan kendaraan pribadinya di suatu lokasi parkir area untuk beralih menggunakan boat atau kapal.
Selain sungai Chao Phraya yang lebih banyak dikenal orang, Bangkok juga memiliki beberapa jalur sungai lain yang digunakan sebagai feeder dan dilengakpi dengan pier atau dermaga.
Ada sekitar 70 dermaga di Thailand dan 15 dermaga diantaranya terdapat di Bangkok. Selanjutnya, 15 dermaga dalam kota berfungsi sebagai sarana transportasi air, sekaligus menjadi daya tarik bagi para turis atau wisatawan.
Tranportasi air juga disediakan untuk rute Klong Bangkok Yai hingga Chao Phraya River yang dilengkapi feeder di dermaga Bangwa dan Tha Chang termasuk 13 dermaga dalam kota Bangkok lainnya.
Terdapat 12 boats yang masing-masing berkapasitas 40 kursi dan melayani 15 dermaga dalam kota Bangkok. Kebijakan yang berlaku, bahwa kecepatan boats tidak lebih dari 10 km/jam.
Tiap boats juga dilengkapi dengan akses untuk kursi roda dan sepeda, hingga layanan free wifi dan GPS.
Untuk diketahui, Dinas Perhubungan setempat atau Office of Transport and Traffic Policy and Planning (OTP) Bangkok telah memiliki Feeder System yang terhubung dengan stasiun kereta yang saling terintegrasi dengan shuttle bus, bike sharing system, light rail, monorail dan water transport.
Saat ini, pemkot Bangkok juga mencanangkan kebijakan dengan tag line “City Policy About Smart Mobility” sebagai bagian dari rencana pemerintah Thailand untuk pengembangan jaringan transit kereta api perkotaan melalui Bangkok Metropolitan Region (BMR).
Termasuk pengembangan Mass Rapid Transit (MRT) Master Plan in Bangkok Metropolitan Region atau M-MAP yang akan melayani 12 rute baru, 1 rute tambahan Light Rail Transit (LRT) dan 9 jalur MRT.
Sekedar diketahui, Bankok juga telah lama mengembangkan sistem kanalisasi yang dikenal dengan sebutan “venice of the east” termasuk penyelesaian proyek BMR sejak tahun 2010 hingga 2029 yang menggabungkan konsep Wheel Rail & Boat (roda, rel & perahu).
Dalam rangkaian Technical Visit to Bangkok, delegasi Surabaya juga sempat melakukan kunjungan ke kantor Kedutaan Besar Republik Indonesia yang berlokasi di Petchburi Road Ratchatewi, Bangkok.
Delegasi diterima langsung oleh Minister Counsellor sekaligus Koordinator Fungsi Ekonomi KBRI Bangkok, Lingga Setiawan.
Dikatakan, bahwa keamanan, kenyamanan dan stabilitas yang menunjang, infrastruktur serta kultur masyarakat Bangkok juga berkontribusi sebagai penarik kunjungan turis.
“Thailand memiliki Kepala Negara seorang Raja, Maha Vajiralongkorn yang memegang kekuasaan tertinggi, sekaligus menerapkan undang-undang kerajaan “Lese Majeste” sebagai institusi tertinggi, sakral, dihormati dan dipatuhi rakyatnya,” kata Lingga.
Kebijakan kerajaan turut berdampak pada perkembangan diberbagai bidang, termasuk sektor pariwisata, tentang kepatuhan rakyatnya dalam menerima para wisatawan.
Jumlah turis terbesar Thailand berasal dari wisatawan China, mencapai 30 persen atau 13 juta orang per tahun, disusul wisatwan dari Malaysia dan Eropa.
“Yang menarik, Thailand selalu dikunjungi para turis pensiunan asal eropa yang tinggal 3 hingga 6 bulan per tahun,” ujar Lingga. Hal ini tentu berkontribusi pada Pendapatan Asli Daerah, PAD.
“Mereka menghindari musim dingin di eropa dan tinggal lama di Thailand,” imbuh Linggar.
Menurutnya, Thailand dinilai berhasil melakukan branding dan promosi melalui kemasan pemasaran yang menarik melalui Tourism Authority Of Thailand selaku pembuat kebijakan. [bud]
https://twitter.com/Fm98Sonora/status/1190932200327405570